Monday, October 27, 2008

Infotainment

Media secara garis besar terbagi atas 3 macam yaitu televisi (audio dan visual), radio (audio) dan cetak (visual). Saat ini televisi menjadi media yang paling populer di masayarakat Indonesia karena mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat menyajikan fitur audio dan video secara bersama-sama yang mampu menghadirkan kejadian, peristiwa, atau khayalan sehingga tidak aneh apabila televisi lebih unggul daripada radio dan media cetak yang hanya bisa menampilkan satu fitur. Keunggulan itu ditambah dengan banyaknya televisi di Indonesia tidak memungut biaya kepada para pemirsanya. Hal ini dapat terjadi karena untuk pendapatannya televisi menggantungkan diri terhadap iklan.

Iklan merupakan suatu aktivitas marketing yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkenalkan dan menjual produk kepada konsumen, dan televisi merupakan media favorit untuk para pengiklan karena televisi merupakan media yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Darisinilah semua akar permasalahan tayangan yang tidak mendidik bermula.

Untuk mengukur kepopuleran suatu acara di masyarakat maka suatu badan riset yaitu AGB Nielsen Media Research mempunyai suatu standard yang disebut rating. Semakin tinggi nilai suatu program maka semakin banyak pemirsa yang menonton acara tersebut. Para pengiklan juga cenderung berpatokan pada rating dalam memasang iklannya, sehingga stasiun televisi berlomba-lomba membuat program yang mempunyai Celakanya program-program dengan rating tinggi kebanyakan acara-acara bersifat hiburan semata dan seringkali merusak moral masyarakat. Disinilah lingkaran setan tentang tayangan-tayangan yang merusak moral dan tidak mendidik masyarakat muncul. Padahal menurut sebuah penelitian penduduk Indonesia menonton televise 50 jam per minggu sedangkan anak-anak menonton televise 20 jam per minggu.

Salah satu acara televisi yang banyak dikategorikan oleh para pengamat merusak moral dan tidak mendidik adalah infotainment. Infotainment berasal dari gabungan dua kata yaitu informasi dan entertainment, sehingga infotainment merupakan kombinasi dari berita kejadian saat ini dan berita yang menghibur atau menarik. Ada kritik bahwa kombinasi dari informasi dan entertainment adalah sebuah konflik kepentingan—fokus pada marketing, bukan jurnalisme. Di dalam infotainment sendiri banyak bentuk iklan terselubung yang dapat dilakukan. Biasanya ada satu segment yang menampilkan bintang terkenal yang seolah-olah melakukan suatu aktivitas dengan menggunakan produk tertentu, sehingga para pemirsa berpikir bahwa bintang tersebut telah lama atau sudah biasa menggunakan produk tersebut, padahal bintang tersebut sebenarnya dibayar untuk memeragakan adegan tersebut dan ini merupakan iklan terselubung.

Program Infotainment pertama kali dipopulerkan oleh Ilham Bintang melalui Bulletin Sinetron di TVRI pada 1994, yang kemudian melahirkan Cek and Ricek, Hallo Selebrity, dan Croscek di sejumlah televisi swasta, kini infotainment menjadi salah satu tayangan yang menjamur di hampir semua televisi.

Infotainment sendiri merupakan berita-berita tentang selebritis kita, sehingga semakin banyak berita tentang artis bersangkutan maka akan semakin terkenal artis tersebut di dalam masyarakat. Banyak artis juga yang mengeluh tentang infotainment karena infotainment dinilai telah memasuki wilaiyah privat mereka, masih ingat kejadian ketika Parto yang biasanya tampil kocak dan konyol sampai harus menembakkan peluru katret ke udara untuk mengusir para wartawan infotainment? Infotainment juga seringkali mempermudah perceraian para artis, berita-berita yang provokatif membuat pihak-pihak yang bersengketa semakin panas.

Banyak yang mengeluh, banyak juga artis yang menggantungkan karirnya kepada infotainment. Seringkali artis-artis yang mulai tenggelam namanya di masyarakat akan membuat sensasi sehingga berita tentang artis bersangkutan akan diliput oleh infotainment. Akan tetapi di dalam infotainment pemirsa kita disuguhi tayangan-tayangan rahasia pribadi para selebriti kita, mulai dari gaya hedonisme mereka, cara pacaran mereka, pernikahan terselubung mereka, perselingkuhan mereka, pisah ranjang mereka,perceraian mereka, hingga kemampuan seks mereka. Semuanya dijadikan tontotan, yang entah disadari oleh para pemilik media, sebagian para penontonnya,adalah remaja-remaja putri ,anak-anak di bawah umur,yang belum tentu punya daya saring yang baik, sehingga apa yang mereka lihat biasanya akan mereka praktekkan.

Infotainment juga cenderung mempopulerkan kebiasaan bergunjing atau bergosip di masyarakat, masyarakat akan melihat bahwa menceritakan sesuatu hal yang jelek diperbolehkan. Tak ketinggalan pula,ramalan-ramalan para paranormal yang ikut meramaikan layar kaca. Bahkan ada beberapa stasiun televisi yang secara khusus meminta komentar mereka,tentang masa depan artis a dan artis b. Masyarakat yang tidak terlalu baik pengetahuan agamanya akan ikut-ikutan meminta saran kepada paranormal, padahal hal ini jelas-jelas dilarang oleh agama. Sungguh suatu ironi, di mana praktek-praktek jurnalistik menggunakan paranormal sebagai narasumber.

Namun yang paling fenomenal yang tak sempat terpikirkan oleh mungkin siapapun juga, adalah pengaruh infotainment itu terhadap perilaku kalangan rumah tangga, yang memang menjadi sasaran infotainment.
Bahkan yang lebih parah lagi, televisi,melalui tayangan infotainment, sudah membiasakan diri,untuk tidak melakukan kehati-hatian dalam pengungkapan bahasa-bahasa santun. Di tayangan infotainment yang kita tonton setiap pagi,siang,sore dan malam hari, anak-anak kita sudah sangat terlalu biasa dengan kata-kata “kondom basah”, “Penipu”, “sodomi “, hingga “guna-guna”. Dari hal seperti inilah akan terjadi degradasi moral di dalam masyarakat kita. Buruknya nilai infotainment juga diamini oleh AA Gym , dalam salah satu ceramahnya, dai asal kota Bandung ini menyindir wartawan infotainment yang kerap membuat gosip dan menimbulkan fitnah.

Menurut Tempo Interaktif 27 Mei 2008 menyebutkan bahwa infotainment masih menjadi tayangan televisi pilihn masyarakat dibandingkan berita. Rata-rata pemirsa infotainment pada Januari-Maret 2008 sebanyak 533 ribu tiap hari, sedangkan berita hanya 285 ribu. Padahal jam tayang program berita lebih banyak ketimbang infotainment. Rata-rata jam tayang infotainment di 11 stasiun televisi 11 jam per hari sedangkan program berita bisa mencapai 29 jam per hari. Dari data tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia sendirilah yang mencari program infotainment.

Tidak bisa dipungkiri jika manusia selalu membutuhkan hiburan atau sesuatu yang dapat memberikan kesenangan kepadanya apalagi di dalam kesibukan dan masalah hidup sehari-hari, sehinga masyarakat Indonesia cenderung mencari program-program yang menghibur, mungkin mereka lebih terhibur apabila menonton infotainment daripada menonton berita. Akan tetapi kita juga bisa melihat bahwa masyarakat Indonesia belum bisa dikatakan mandiri dalam memilih acara-acara yang layak dikonsumsi.

Berangkat dari kenyataan di atas apa yang bisa kita lakukan dalam mengurangi efek negative infotainment. Langkah-langkah ini harus diikuti oleh semua pihak baik dari pembuat infotainment, pihak pengiklan, media televisi dan masyarakat sendiri. Pembuat infotainment harus memilah dengan moral dan etika, berita seperti apa yang bisa ditayangkan atau tidak. Media televisi sebagai pihak yang menayangkan infotainment harus memperketat aturan-aturan pembuatan infotainment, harus dipikirkan format atau cara apa yang paling/lebih sedikit memberikan efek buruk kepada masyarakat. Para pengiklan harus lebih jeli dalam memilih suatu program dalam beriklan. Pilihlah program-program yang mendidik dan memberikan efek positif kepada masyarakat. Masyarakat sendiri harus lebih mempertebal filter untuk menyaring acara-acara yang tidak bermutu, lebih baik budayakan kebiasaan membaca buku daripada melihat acara-acara tidak mendidik. Untuk orang dewasa harus lebih mewaspadai program apa yang ditonton karena apa yang dilakukan oleh orang tua cenderung akan ditiru oleh anak-anak mereka.

1 comment:

Anonymous said...

setuju, perlu pendampingan untuk anak2 ketika menonton tv, perlu juga batasan.
masyarakat sendiri perlu mulai bergiat terlibat dalam kampanye2 untuk penegakan peraturan tayangan oleh media.

salam kenal dimas,
kunjungan balasan nih;)